Anda pernah mendengar tentang tes keperawanan yang dilakukan dengan memeriksa utuh atau tidaknya selaput dara? Tepatkah cara pemeriksaan tersebut? Mari kita bahas secara mendetail.
Keutuhan selaput dara wanita terkadang masih menjadi ukuran atas keperawanan dan moralitas seseorang. Padahal sebenarnya tidak ada yang bisa disimpulkan dari kondisi selaput dara. Apalagi kondisinya berbeda-beda pada tiap orang.
Apa itu selaput dara?
Selaput dara adalah lapisan kulit yang sangat tipis, merentang di vagina wanita. Lapisan ini dapat menutupi seluruh atau sebagian mulut vagina. Selaput dara merupakan bagian dari vulva atau organ genital bagian luar yang memiliki struktur serupa dengan vagina. Bentuk selaput ini dapat berubah akibat penetrasi seksual dan proses persalinan.
Perubahan ini bergantung pada elastisitas tiap selaput dara. Jika cukup elastis, maka bentuknya dapat kembali seperti semula pada pascapenetrasi. Sementara pada sebagian wanita lain, selaput dara dapat hilang sama sekali atau masih tersisa sedikit setelah penetrasi. Setelah persalinan, tidak ada lagi lapisan yang menutupi mulut vagina selain sisa-sisa selaput dara yang disebut introitus parous.
Bentuk selaput dara pada wanita usia praremaja dapat berbeda-beda, tergantung kepada kadar dan aktivitas hormon. Namun bulan sabit adalah bentuk yang paling umum terlihat. Setelah masa pubertas, perubahan kadar estrogen dan aktivitas tertentu membuat selaput dara dapat menjadi lebih tebal.
Apa penyebab robeknya selaput dara?
Selaput dara dapat robek karena berbagai aktivitas, seperti berolahraga, cedera, pemeriksaan vagina, masturbasi, atau penetrasi seksual. Pada anak-anak dan remaja, selaput dara yang robek dapat pulih dengan cepat. Sementara pada orang dewasa, kondisi dan bentuknya sangat bervariasi.
Adakah hubungan antara selaput dara dengan keperawanan?
Keperawanan pada wanita sering didefinisikan sebagai keberadaan selaput dara. Selaput dara vagina yang sudah robek kerap diidentikkan sebagai wanita yang sudah tidak perawan. Padahal robeknya selaput dara ini dapat disebabkan oleh berbagai hal selain penetrasi penis ke dalam vagina. Selain itu, ada sebagian wanita yang lahir tanpa selaput dara.
Hal ini juga yang menyebabkan tidak semua wanita akan mengalami pendarahan saat berhubungan seksual untuk pertama kalinya. Sebagian wanita bisa jadi mengalami nyeri dan keluarnya darah akibat robeknya selaput dara, namun sebagian lain tidak demikian. Antara lain disebabkan lapisan tersebut sudah lebih dulu robek karena aktivitas lain.
Banyak wanita tidak mengetahui apakah selaput daranya sudah robek saat beraktivitas karena terkadang kondisi ini memang tidak menyebabkan rasa sakit atau pendarahan. Pendarahan saat berhubungan seksual pertama kali juga dapat diakibatkan hal lain, seperti vagina yang kering, akibat penggunaan mainan seks, atau hubungan seksual yang tidak dilakukan secara perlahan-lahan.
Maka dari itu keperawanan tidak ada sangkut pautnya dengan kondisi selaput dara. Lebih jauh, keperawanan tidak selalu berhubungan dengan penetrasi penis. Sebagian orang menganggap bahwa orang yang telah melakukan seks oral juga dapat dikategorikan tidak perawan karena telah menjalani aktivitas seksual meski tanpa penetrasi.
Sebagai kesimpulan, utuh tidaknya selaput dara tidak dapat menjadi patokan untuk menentukan keperawanan seseorang. Jauh lebih penting, coba berikan pendidikan seksual sejak dini sehingga tiap wanita, terutama para remaja, dapat menghargai tubuhnya dan bertanggung jawab atas aktivitas seksualnya.
loading...
loading...
0 komentar:
Post a Comment