Makanan yang digoreng dapat ditemukan mulai dari sajian utama hingga camilan. Rasa gurih dan renyah kadang-kadang dapat membuat penikmatnya lupa diri. Padahal ada risiko di baliknya.
Menggoreng merupakan salah satu proses memasak yang paling umum. Ketika makanan digoreng, terjadi perubahan kandungan nutrisi. Makanan yang digoreng dapat kehilangan kandungan air, meningkatkan kandungan lemak, dan kandungan energi.
Selain mengubah kandungan nutrisi, proses ini juga memengaruhi minyak yang digunakan. Terutama pada minyak yang dipergunakan kembali, terjadi proses oksidasi dan hidrogenasi yang mengakibatkan hilangnya lemak tidak jenuh dan terjadi peningkatan lemak trans. Pada akhirnya, makanan yang digoreng akan menyerap penurunan kualitas dari minyak yang digunakan. Namun pada saat yang sama, proses menggoreng dapat meningkatkan kelezatan dengan membuat makanan menjadi renyah.
Risiko Apa Saja yang Ditimbulkan?
Mengonsumsi makanan gorengan dalam porsi besar kerap dihubungkan dengan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
Sebuah penelitian yang dipimpin Leah Cahill dari Department of Nutrition, Harvard School of Public Health (HSPH) bersama dengan An Pan dari National University of Singapore’s Saw Swee Hock School of Public Health, menegaskan bahwa makin banyak konsumsi makanan gorengan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Sementara itu, pusat penelitian dari Public Health Sciences Division, Fred Hutchinson Cancer Research Center menyimpulkan bahwa konsumsi makanan gorengan dalam jangka waktu lama sebanyak satu kali seminggu, berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker prostat bagi pria.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan gorengan juga sering kali dihubungkan dengan kolesterol tinggi. Makin tinggi tingkat kolesterol, makin meningkatkan risiko penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah. Ketika Anda mengonsumsi lebih dari yang dibutuhkan tubuh, maka kolesterol dapat menyebabkan terbentuknya plak yang dapat menghambat aliran pembuluh darah, sebagaimana pipa yang tersumbat. Komplikasi dari terganggunya aliran darah adalah stroke, aterosklerosis dan serangan jantung.
Wanita Hamil
Terutama bagi wanita hamil yang tengah merencanakan kehamilan, mengonsumsi gorengan secara berlebihan memiliki risiko tersendiri. Berdasarkan penelitian, kebiasaan mengonsumsi gorengan sebelum hamil ditengarai dapat meningkatkan risiko diabetes selama kehamilan. Diabetes yang terjadi selama masa kehamilan disebut dengan diabetes gestasional.
Dibandingkan dengan wanita yang mengonsumsi gorengan kurang dari satu kali per minggu sebelum masa kehamilan, risiko untuk mengalami diabetes gestasional lebih tinggi 13 persen khusus bagi yang mengonsumsi gorengan sebanyak tiga kali per minggu. Risiko tersebut meningkat seiring dengan jumlah gorengan yang dikonsumsi per minggu.
Upaya Menurunkan Risiko
Jenis dari minyak atau lemak hanya sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi risiko kesehatan dari makanan yang digoreng. Faktor lainnya adalah bagaimana cara penggorengannya, minyak apa yang digunakan, dan seberapa banyak garam yang ditambahkan.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa mengonsumsi makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak yang lebih sehat, seperti minyak zaitun atau minyak bunga matahari, tidak dapat dikaitkan dengan penyakit jantung atau kematian prematur.
Yang tidak kalah penting adalah memperhatikan pola makan secara keseluruhan. Meski makanan digoreng dengan cara yang paling sehat sekalipun, kebutuhan nutrisi tubuh tidak akan terpenuhi dari konsumsi makanan gorengan. Justru akan membahayakan kondisi tubuh jika dikonsumsi terlalu banyak. Di sisi lain, mengonsumsi gorengan sesekali dan disertai pola makan yang sehat, tidak akan membahayakan kesehatan.
loading...
loading...
0 komentar:
Post a Comment